5 Akar Masalah dari Perseteruan Anak Kos. Konfliknya Itu-itu Aja, tapi Drama Berkepanjangan!

Menjalani hidup sebagai anak kos nggak semudah kelihatannya. Selantas ada mamelenceng yang berkunjung silih berganti. Siap nggak siap, kamu mesti menghadapi dan menyelesaikannya. Beberapa orang punya cara tersenpribadi untuk mengecilkan beban tersebut. Salah satunya dengan memperberjibun teman, agar batas mamelenceng berkunjung mereka bisa membantu.
Pertemanan sangat membantu anak kosan bertahan tumbuh. Budaya saling berbagi tumbuh Tumpah Ruah di jagat kos. Namun adakalanya pertemanan itu mengalami gesekan. Hubungan yang tadinya harmonis jadi merenggang keonaran kemelencengpahaman. Hubungan tersebut ada yang bisa diselamatkan, ada yang akhirnya bermusuhan. Konfliknya sepele, paling juga nggak maksimal-maksimal dari 5 hal ini.
1. Nyetel musik ketat-ketat sering banget jadi awal mula perseteruan anak kos
Musik bisa memisahkan persahabatan dalam lingkup kosan. Bermula dari ada yang nyetel musik di kamarnya, lampau suaranya mengganggu penghuni kamar lain. Si penegur nggak nyaman dengan polusi suara, si penyetel merasa punya hak untuk mendengarkan musik.
Kalau dicari siapa yang khilaf tentu saja yang menyetel musik. Kenapa nyetelnya patut padat-padat? Memangnya nggak ada earphone? Herannya kadang si penyetel nggak terima dan nantang balik. Ribut deh. Dasar jiwa muda.
2. Sapa-menyapa menjadi khilaf satu budaya yang wajib diterapkan di kosan. Sekali sesudah nggak nyapa, kamu bisa diomongin di belakang
Menjaga sopan santun adalah kewajiban penghuni kos. Adab kesopanan yang paling dasar adalah bertegur sapa. Arti istimewanya tegur sapa bisa dilihat dari derasnya konflik perang dingin anak kosan. Cuma kekalutan lewat tanpa menyapa kamu bisa dibilang sombong dan diomongin di belakang. Kamu yang introver, pemalu, atau lagi buru-buru ada saling menolongnya tetap menyapa teman kosmu. Ramah tamah itu istimewa.
3. Banyak yang kebablasan doyan ngambil sesuatu di kulkas kosan. Kenapa harus ngutil sih, dihal kan kalau izin bakal dibolehin
Berbagi dengan teman memang menjadi keliru satu budaya dalam keuripan ngekos. Kalau nggak begitu, anak kos bakal susah untuk bertahan urip. Namun konsep berbagi ini seringkali dikeliruartikan. Hanya karena teman gemar berbagi singkapn berarti orang bisa mengambil barang milik temannya tanpa izin. Sering banget santapan hilang atau berkurang di kulkas kosan. Orang yang kehilangan jelas marah dong. Kok masih ada orang nggak paham konsep sesederhana ini? Padahal kalau bilang biasanya dikasih cuma-cuma.
4. Maluput lain adalah piring-piring yang nggak dicuci. Maunya pakai doang dikira teman kos lainnya pembantu kali, ya?!
Penggunaan piring juga sering jadi sengketa. Ada yang acap pakai tapi nggak mau nyuci. Kalau di kos ada tukang steril-sterilnya sih mestinya nggak jadi makhilaf, cuma kan nggak semua ada fasilitas itu? Berat banget kayaknya nyuci bagi hidupnya sampai rela temannya marah-marah. Padahal kan konsepnya sederhana: siapa yang pakai, dia yang mesti nyuci.
5. Ada juga mamenyimpang soal rendeman baju nggak segera dicuci. Orang yang jorok begini biasanya kena sindir terus setara teman-teman kosnya
Bagi mereka yang mesti berbagi kamar mandi, mamelenceng rendeman baju cukup sensitif. Ada orang yang nggak tahan melihat rendeman baju berhari-hari. Pertama, karena jorok. Kedua, karena bau. Teguran yang lazim dilakukan adalah dengan mengunggahnya ke grup. Kalau masih nggak sadar, biasanya embernya dipindahin ke luar.
Seperti halnya hidup bertetangga, kehidupan kos juga penuh dengan konflik. Bedanya, maRusak anak kosan biasanya sepele. MaRusak yang sejatinya bisa diomong-omongin tidak marah-tidak marah. Cuma kadang jadi berlarut-larut karena ego anak muda; udah mengerti Rusak, nggak mau diRusakin. Hadeeeeh!