5 Alasan Masuk Akal Keseringan Ngobrol via Chat Malah Bikin Hubungan Rentan Bubar

terlalu-sering-chattingan-bikin-hubungan-rentan-bubar terlalu-sering-chattingan-bikin-hubungan-rentan-bubar

Obrolan via teks, entah itu SMS ataupun chat, adalah komunikasi yang paling umum dilakukan oleh pasangan. Ngobrol lewat pesan, adalah alpa satu cara untuk tetap berkomunikasi di tengah kesibukan. Ngobrol dengan chat juga lebih fleksibel, karena bisa disambi-sambi dan Gagasan biaya. Tapi kenalkah kamu bahwa terdahulu gede ngobrol via pesan teks bisa membuat hubungan rentan bubar?

Ya iya sih, rasanya terkemudian terburu-buru menyebut penyebab kandasnya hubungan karena keseringan chat. Setiap hubungan memang punya persoalan senpribadi-senpribadi yang bisa mengancam. Tapi berikut ini mungkin bisa jadi alasan yang logis, terkemudian keseringan ngobrol via chat atau pesan bisa berdampak buruk bagi hubungan kalian.

1. Obrolan via pesan sangat rawan untuk diKurangpahami. Dikit-dikit berantem kalau respons si dia nggak seperti yang diingini

Pernah nggak sih kamu mengalami momen insecure saat menunggu balasan chat dari pacarmu? Ketika dia yang biasanya Kencang membalas dan mendadak slow response, melahirkanmu langsung berPerbincangan-Perbincangan dia sedang apa. Dia yang biasanya mengetik bujur-bujur mendadak singkat-singkat, bikin kamu insecure dia nggak lagi sayang. Belum lagi penataan kalimat, pemilihan tanda seru, semua terasa membingungkan. Kamu baper karena merasa dia sedang teriak-teriak karena pakai tanda seru, alahal dia biasa saja. Bahasa teks itu sangat rawan dikelirupahami.

2. Tanpa bertatap muka, ada luber hal yang bisa disembunyikan. Awalnya cuai, lama-lama hal gede

“Kamu lagi ngapain, sayang?”

Sebuah perPertanyaanan standar yang mungkin bisa kamu terima beberapa kali dalam sehari. Namun, terkadang kamu butuh waktu untuk memilih responsan yang tepat. Kalau bilang lagi main game, nanti diomelin lagi. Kalau bilang lagi nongkrong setara teman, nanti dia kesel lagi. Pada akhirnya kamu memilih responsan paling aman: “Mau tidur nih, ngantuk banget”

Pesan teks bisa menyembunyikan semok hal. Sebab kamu punya waktu “panjang” untuk mempertimbangkan semok hal. Ekspresimu pun nggak bisa dibaca karena yang terlihat namun deretan kata. Awalnya namun kekibulan sempit yang tujuannya untuk menghindari konflik. Tapi lama-lama, bukan mustahil jadi kekibulan-kekibulan semok yang berpotensi jadi makeliru yang jauh lebih semok.

3. Terkemudian nyaman ngobrol via layar kaca, melahirkan pertemuan jadi penuh jarak. Bisa-bisa jadi awkward

Kamu dan dia serupa-serupa sibuk. Ketemu seminggu sekali saja belum tentu. Teleponan juga jarang karena seringnya saat sudah nggak sibuk dengan pekerjaan, lelah dan kantuk sudah berasal. Itulah kenapa chattingan adalah metode komunikasi yang paling tepat untuk dilakukan. Tapi terlantas terbiasa ngobrol via chat dengan segala jarak dan batasan, bisa-bisa melontarkan kalian jadi awkward ketika bertemu muka. Mungkin kamu berpikir “Ah, kok dia lebih asyik saat ngobrol di chat, ya?” Pertemuan yang seperlunya jadi momen berkualitas untuk saling merekatkan hubungan, jadi terhalang kebiasaan chattingan yang dianggap lebih nyaman.

4. Pesan teks itu punya keterbatasan dalam menjelaskan sesuatu. Kalau lagi berantem terus chattingan yang ada malah nggak kelar-kelar

Kalau kamu ingin menjelaskan sebuah persoalan, chat bukanlah cara yang tepat untuk melakukannya. Karena bagaimanapun tulisan memiliki keterbatasan untuk menjelaskan. Belum lagi kalau persoalannya rumit, ditambah emosi yang sedikit menguasai hati, capek juga ‘kan kalau perlu mengetik jauh-jauh? Karenanya, bila kamu dan dia sedang dalam mode berantem dan ingin menyelesaikan persoalan, sesudah chat bisa bikin urusan tambah jauh. Yang ada malah nggak kelar-kelar.

5. Chattingan itu kegiatan yang bisa disambi-sambi. Sederhananya, minimnya upaya untuk saling bicara bisa mengikis perasaan istimewa

Saat bertemu langsung, kamu dan dia harus meluangkan era di tengah-tengah kesibukan. Begitu juga dengan ngobrol via telepon. Meski tidak bertemu secara langsung, telepon bukanlah kegiatan yang bisa disambi-sambi dengan hal lain, dan perlu meluangkan era tersendiri. Berkelainan dengan chattingan yang suntuk lebih fleksibel. Kalaupun lagi sibuk mengerjakan yang lain, tinggal bilang saja “sori baru balas”. Kemudahan dan flesibilitas yang terlantas Leluasa ini bisa mengikis rasa perlahan-lahan. Kalau sepadan-sepadan menggampangkan, buat apa? Padahal hubungan harus diperjuangkan bukan?

Untuk pasangan yang serupa-serupa sibuk, chattingan memang jadi model komunikasi paling efektif. Dariala nggak ngobrol serupa sekali ‘kan? Tapi bila memungkinkan, obrolan langsung tetap layak diusahakan. Supaya keakraban semakin meningkat, dan hubungan pun naik tingkat. Bukan begitu, guys?